Dengan demikian, media telah menjalankan peran mencerahkan masyarakat untuk bisa memilih pemimpin yang amanah.
“Roh media adalah independensi itu sendiri, sehingga publik tidak kehilangan trust. Jangan sampai nanti ada istilah wartawan paslon A, B, atau C maka lunturlah legitimasi untuk media,” sebut Pemred Menara Sumba ini.
Di tengah situasi politik dengan tensi kian meningkat, peran media sangat vital untuk terus bersuara meneduhkan suasana.
Karena itu, habitat pokok seorang wartawan hanya dua, berada di lapangan saat meliput dan di dapur redaksi.
“Jangan malah bercokol saban waktu di Posko paslon tertentu. Itu bukan wartawan tapi tim sukses yang beritanya cuma dipercaya oleh pendukung satu tim itu, tapi publik justru sangsi,” timpalnya.
Jika sudah demikian maka fungsi kontrol media bersangkutan akan mati karena kehilangan roh independensi.
“Beritakan apa adanya, bukan ada apanya biar publik tercerahkan,” pungkasnya. ***