Penulis: Fiktor Yosua Lobo
Detik Sumba – Sebuah botol kaca berukuran 350 ml, berisi kopi Arabika khas “Damalung”, diletakkan dengan anggun di atas meja persegi. Namun, perhatian saya terfokus pada sebuah kalimat yang terukir di sisi botol tersebut: “Nyawiji ing sumber kahuripan.”
Kalimat ini mengandung makna yang mendalam: menghidupkan kehidupan yang menghidupi, serta menjaga keselarasan antara Tuhan (Semesta), Alam (Bumi), dan Manusia (Petani). Pesan ini seolah menghipnosis saya, membawa saya pada rasa takjub dan refleksi mendalam mengenai hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Sementara kabut perlahan-lahan menghilang, sinar mentari mulai menyinari, saya merasakan kedamaian dari keselarasan antara ketiga unsur tersebut. Menjaga alam berarti merawat hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Analogi ini dapat diterapkan pada pendidikan, yang memerlukan kesinambungan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.