Keberhasilan ini bukan tanpa pengorbanan. Sebagai ibu dari tiga anak, Desak Made Anggraeni harus membagi waktu antara kuliah, mengajar, dan urusan keluarga. Ia bahkan harus bolak-balik NTT, NTB, dan Jawa Timur untuk keperluan riset.
“Waktu adalah tantangan terbesar bagi saya. Biasanya, saya menulis artikel di jam-jam dini hari, antara pukul 2 sampai 5 pagi, karena pada siang hari saya harus mengajar dan mengurus keluarga,” ujarnya.
Motivasi terbesar Ibu Anggra, selain keluarga, datang dari bimbingan intensif para pembimbingnya yang terus memberikan arahan dan semangat.
Penelitian yang ia kembangkan bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa melalui model pembelajaran Mind Mapping Science Blended (MMSB) berbasis Moodle. Ia berencana menerapkan model ini kepada komunitas guru di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
“Saya mencintai ilmu pengetahuan dan ingin terus belajar. Dukungan keluarga, terutama suami dan anak-anak, menjadi kekuatan utama bagi saya,” tambahnya.
Desak Made Anggraeni juga memberikan penghormatan khusus kepada kedua orang tuanya, I Dewa Made Giri dan Geterudis Yansen, yang selalu mendukungnya secara moral dan melalui doa.
“Ayah dan ibu adalah sumber kekuatan terbesar dalam hidup saya. Peran mereka selalu menjadi pendorong utama di setiap langkah perjalanan akademik saya,” tutupnya penuh haru.
Prestasi yang diperolehnya ini, membawa kebanggaan luar biasa bagi Universitas Katolik Weetebula, yang terus berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan.
Keberhasilan Desak Made Anggraeni menjadi bukti nyata bahwa tekad, kerja keras, dan dukungan keluarga dapat membawa seseorang mencapai puncak prestasi.***