Blog, Opini  

Valentine: Cinta, Konspirasi, dan Sejarah Berdarah di Baliknya

Ilustrasi Gambar konspirasi Hari Valentine. (Detik Sumba/Hans Wea)

Di era modern, Valentine lebih dikenal sebagai momen untuk mengekspresikan kasih sayang.

Tepi tahukah anda ada bisnis besar di balik itu? ada industri miliaran dolar yang menggerakkan bisnis bunga, cokelat, dan hadiah mewah.

Menurut data, setiap tahun jutaan kartu Valentine dikirim, dan sektor ritel mengalami lonjakan pendapatan yang luar biasa.

Namun, esensi sejati Valentine seharusnya bukan hanya soal hadiah.

Baca Juga:  Pemimpin Sulawesi Tenggara Harus Tegas Demi Pemerataan Pembangunan

Filosof Erich Fromm dalam bukunya The Art of Loving menekankan bahwa cinta sejati adalah tentang memberi, bukan sekadar memiliki.

Jika Valentine hanya dipandang sebagai kewajiban membeli sesuatu, apakah masih bisa disebut cinta?

Meskipun banyak negara merayakan Valentine dengan penuh romansa, beberapa budaya menolaknya.

Di beberapa negara, perayaan ini dilarang karena dianggap sebagai bentuk westernisasi atau bertentangan dengan nilai-nilai lokal.

Baca Juga:  Tragisnya Rezim Penguasa di Suriah Yang Dramatik Bersama Keluarga di Tempat Pelariannya

Jadi, apakah Valentine benar-benar hari kasih sayang? Ataukah ia hanyalah warisan sejarah berdarah yang telah dikemas ulang menjadi bisnis besar?

Yang jelas, cinta tidak membutuhkan satu hari khusus untuk dirayakan. Seharusnya, setiap hari adalah hari untuk mencintai dan dicintai.

Selamat Hari Valentine.***