DETIK SUMBA – Aksi penyerobotan lahan milik warga Dusun IV Eru Naga, Desa Wee Kura, Kecamatan Wewewa Barat, oleh oknum yang diduga berasal dari Desa Weri Lolo atau Wee Baghe, Kecamatan Wewewa Selatan, menciptakan keresahan mendalam.
Tanah yang selama bertahun-tahun digarap warga Wee Kura tiba-tiba dirusak dan ditanami orang lain yabg diduga berasal dari desa tetangga Weri Lolo atau Wee Baghe, Kecamatan Wewewa Selatan.
Akibat aksi penyerobotan lahan tersebut, pemilik lahan kehilangan sumber penghidupan mereka karena tidak bisa lagi mengolah kebun yang sudah lama menjadi topangan hidup.
Salah seorang warga, Alfrida Ina Lede, tak kuasa menyembunyikan kesedihannya. Dengan wajah penuh cemas, ia menceritakan bagaimana kebun yang sudah mereka rawat justru dihancurkan oleh para penyerobot.
“Hati kami teriris menyaksikan perbuatan para penyerobot yang telah merusak tanaman kami, mente dan kakao ditebang, pohon mahoni disensor, ubi, keladi, dan pisang dijarah habis,” tuturnya.
Alfrida mengaku hanya bisa menahan pilu saat melihat lahan yang sudah digarap bertahun-tahun kini rusak parah.
“Pemerintah tolong lihat keadaan ini, kami diminta aman tapi penyerobot dibiarkan merajalela,” pintanya penuh harap.
Ia menambahkan, selama ini warga patuh terhadap arahan pemerintah untuk tidak melakukan tindakan reaktif. Namun, sikap sabar itu justru dimanfaatkan oleh para penyerobot untuk bertindak lebih brutal.
“Selama ini warga sudah patuh dan mengindahkan permintaan pemerintah agar tidak melakukan reaksi apa pun, tapi justru ini dimanfaatkan oleh para penyerobot untuk semakin brutal,” ujarnya lagi.
Menutupi pembicaraannya wanita yang akrab disapa Mama Tito itu, menyampaikan pesan penuh harap kepada Bupati Sumba Barat Daya untuk segera mengambil tindakan.
Ia menegaskan bahwa keputusan dari pemerintah sangat dinantikan, sebab musim tanam semakin dekat dan masyarakat membutuhkan kepastian untuk kembali menggarap lahan mereka.
“Kalau mereka kasihan, biar kami punya lokasi kami bisa kerjakan kembali. Kalau mereka bilang kerja, biar kami kerja sudah di kami punya lokasi. Karena mereka bilang aman, makanya kami aman. Kami tunggu keputusan dari mereka, kalau mereka bilang turun kerja, kami akan garap kembali kami punya lahan,” ujar Mama Tito dengan suara tegas penuh harap.
Sementara itu, Leksianus Loru salah satu warga Desa Wee Kura itu, menjelaskan bahwa masalah ini sudah mereka sampaikan langsung kepada Bupati Sumba Barat Daya di kediaman Bupati di Reda Mbolo.
Ia mengaku bahwa pada saat pertemuan semua permasalahan sudah dijelaskan secara rinci kepada bupati mulai dari penyerobotan lahan, pilar batas yang pernah dipasang sejak era Bupati Timo Langgar, hingga kerugian yang mereka alami
“Nanti saya turun. Turun untuk klarifikasi ini masalah, kita lihat batas-batas, nanti kita turun dengan keamanan buapti bilang ke kami begitu pada waktu bertemu,” ungkap leksi
Sayangnya, janji itu hingga kini belum ada tindak lanjut dan informasi balik dari pihak Bupati SBD
“Tidak ada lagi informasi darinya. Bupati bilang tunggu informasi jadi kami diam sudah,” jelasnya.
Masyarakat Wee Kura berharap pemerintah segera turun tangan menyelesaikan persoalan ini agar mereka bisa kembali tenang bekerja di lahan, apalagi musim tanam sudah semakin dekat.
“Harapan kami di keluarga, kami lapor di pemerintah karena kami mau aman, karena ini kami punya wilayah, tetapi pemerintah tidak ada tanggapan. Saya harap segera diurus sehingga kami bisa bekerja apalagi mau musim tanam,” tutup Leksi.
Kini masyarakat Wee Kura berharap persoalan ini tidak berlarut-larut. Mereka menunggu langkah tegas pemerintah agar bisa kembali menggarap lahan tanpa rasa takut, terutama menjelang musim tanam yang kian dekat.***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |