Apa Salah dan Dosaku, Tuhan?

Aku hanyalah seorang anak kampung
Yang datang merantau bukan karena ingin,
Tapi karena keadaan memaksa untuk pergi.
Meninggalkan tanah kelahiran, Tana Suci Marapu,
Membawa harapan,
Menyusuri kota asing bernama Batam,
Dengan satu mimpi,
Membahagiakan Papa dan Mama di rumah.
Dulu, Aku bermimpi besar,
Memberi senyum manis untuk kedua orang tua yang sederhana,
Membeli beras tanpa harus menunggu musim panen,
Mengisi kebutuhan hidup setiap hari,
Bukan untuk mewah, tapi untuk bertahan hidup,
Tapi kini, semua terkubur
Bersama tubuhku yang ringkih dan tak berdaya.
Datang bekerja bukan untuk menjadi korban,
Apalagi sebagai pelampiasan amarah,
Tapi untuk mencari nafkah.
Namun, entah apa salah dan dosa yang kubawa,
Sepupuku, darah dari dagingku sendiri,
Berbalik menusuk dari belakang,
Bersekongkol dengan majikan yang kejam,
Menjadikanku pelampiasan amarah dan kekuasaan.
Wajahku dipukul tanpa belas kasihan,
Cacian kasar keluar dari mulut mereka, Semuanya dilontarkan padaku,
Aku diperlakukan bukan sebagai manusia,
Tapi seperti anjing kurap yang mencuri sesuap nasi.
Apa salahku, Tuhan?
Di mata mereka, aku bukan lagi ciptaan-Mu yang suci.
Tuduhan keji dan hinaan datang bertubi,
Menghantam tubuh dan harga diriku,
Mereka ringan tangan, mendaratkan tangan seenaknya dimukaku,
Darah mengalir dari luka yang mereka beri,
Tapi tak setetes pun air belas kasihan dari wajah mereka.
Papa, Mama…
Maafkan anakmu,
Saya berteriak dalam hati,
Tapi suara itu tenggelam oleh sakit dan takut.
Aku ingin kembali bawa kabar baik,
Tapi justru memberimu luka dan air mata.
Bukan ini yang kuinginkan,
Bukan ini janji yang kupahat di dada ketika melangkah pergi.
Saya hanya ingin bekerja,
Membalas cinta sederhana kalian dengan senyum dan bahagia.
Tapi kini,
Aku hanya bisa berdoa dari balik luka,
Memohon pada Tuhan yang Maha Melihat,
(Yang kita sebut sebagai Ama Mawolo Ina Marawi)
Agar mendapat keadilan bagi tubuh yang remuk ini,
Agar masih ada harapan untuk sembuh,
Dan pulang…
Meski hanya dengan separuh mimpi yang tersisa.
Papa, Mama…
Maafkan Aku sekali lagi…
Telah beri kalian luka yang amat dalam,
Yang merobek hati suci…
Hans Wea
Dibawa Rintik Hujan Wanno Donders***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |
Penulis: Hans Wea