Opini

Deep Learning Dalam Konteks NTT

×

Deep Learning Dalam Konteks NTT

Sebarkan artikel ini
Deep Learning, Konteks NTT
Oleh: Ferdinandus Ghoghi, S.Pd.,M.Pd. (Sarjana Pendidikan Fisika, Magister Pendidikan MIPA)

DETIK SUMBA – Istilah “Deep Learning” memiliki dua makna utama: dalam konteks teknologi, ini adalah jenis machine learning yang menggunakan jaringan saraf tiruan untuk belajar dari data. Sementara dalam konteks pendidikan, ini adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman mendalam dan pengalaman belajar yang bermakna.

Dalam dunia pendidikan, istilah Deep Learning (pembelajaran mendalam) menekankan pada pemahaman konseptual yang mendalam, bukan sekadar menyelesaikan soal ujian, atau tidak hanya terjebak pada pola pembelajaran permukaan (Surface Learning) namun lebih dari pada itu tentang “menyentuh” hati anak-anak . Dengan pendekatan belajar mendalam dapat mengakar kuat dalam makna akan bertahan lebih lama daripada sekadar hafalan.

Belajar mendalam membuat siswa pahami betul dan bisa menguasai pembelajaran dengan baik, semakin banyak ia mendalami pembelajaran maka semakin menguasai dan tidak mudah untuk dilupakan. Ini sejalan dengan pemikiran Sokrates, ia menyebut semakin banyak seseorang belajar, semakin sedikit ia memahami, disatu sisi, semakin banyak ia memahami konsep-konsep. Artinya ketika ia merasa tidak tahu, maka ia terus mencari tahu. Maka hal ini membuat individu terus mendalami proses pembelajaran dengan baik.

Baca Juga:  Pemimpin Sulawesi Tenggara Harus Tegas Demi Pemerataan Pembangunan

Menurut saya pendekatan ini sangat cocok diterapkan di NTT. Khususnya di Sumba. Sebab pendekatan persuasif identik dengan kultur Sumba. Ketika belajar dari hati ke hati, menurut saya lebih mengena. Apalagi dengan latar belakang siswa yang beragam. Selain itu deep learning tentu lebih kepada pembelajaran yang personal, adaptif, serta kontekstual. Serta utuh dalam menilai siswa, tentu melalui algoritma yang kompleks dan kemampuan mengenali pola perilaku belajar siswa dengan berbasis deep learning dapat menyesuaikan materi, metode, serta kecepatan pembelajaran sesuai karakteristik masing-masing siswa atau individu. Tentu saja pembelajaran ini membuka peluang besar untuk menjawab keragaman kebutuhan peserta didik yang selama ini kurang terakomodasi dalam sistem pendidikan konvensional di Sumba.

Baca Juga:  Simak! 7 Alasan Cinta Hancur Tanpa Sisa: Ketika Hati Memilih Pergi

Namun, di sisi lain implementasi pembelajaran ini masih menghadapi tantangan di Sumba, terutama infrastruktur pendukung bagi pendidik di berbagai daerah. Selain itu, ketimpangan dalam menerapkan deep learning menjadi persoalan serius adalah infrastruktur teknologi atau konektivitas digital. Infrastruktur teknologi sangat penting dalam menunjang proses belajar siswa dan guru. Berdasarkan laporan terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tahun 2024, masih ada ribuan sekolah di Indonesia yang mengalami keterbatasan dalam akses internet dan sarana pembelajaran digital.

Baca Juga:  Manusia dan Lingkungan

Tentu saja NTT adalah salah satu provinsi yang internetnya kurang memadai. Artinya ini menjadi kendala serius mesti menjadi bahan evaluasi khusus bagi pemerintah, sebab sarana internet sangat penting, jika internet lambat maka segala akses untuk menunjang proses belajar akan mengalami kendala, maka itu pemerintah mesti menjadi perhatian serius untuk memprioritaskan internet yang memadai.***

Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *