WhatsApp     Ikuti Detik Sumba di Saluran WhatsApp Channel   
  Follow

“Jangan Malu Bawa Bekal”: Aktivis Perempuan GMNI Sumba Barat Buka Suara Usai Banyak Korban Keracunan MBG di SBD

“Jangan Malu Bawa Bekal”: Aktivis Perempuan GMNI Sumba Barat Buka Suara Usai Banyak Korban Keracunan MBG di SBD. (Detik Sumba/Hans Wea)

DETIK SUMBA – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan inisiatif pemerintah pusat yang diprogramkan oleh Presiden Prabowo Subianto, kembali menyebabkan korban.

Kali ini, korban keracunan tersebut terdiri dari tiga sekolah, yaitu SMK Negeri 2 Kota Tambolaka, SMA Negeri 1 Kota Tambolaka, dan SMK Don Bosco Tambolaka yang mengalami langsung dampak keracunan usai menyantap makanan yang disediakan melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program tersebut dijalankan dengan tujuan untuk mendukung gizi anak-anak sekolah, khususnya dari keluarga yang kurang mampu. Namun, niat baik tersebut justru menimbulkan malapetaka.

Beberapa siswa mengeluhkan mual, pusing, gatal-gatal, bahkan ada yang sampai pingsan setelah menyantap menu makanan yang disediakan.

Menurut informasi yang beredar, menu makanan saat itu terdiri dari nasi putih, ikan tongkol, tempe goreng, sayur labu siam, dan buah jeruk.

Dugaan awal mengarah pada penyimpanan makanan yang tidak higienis dan kemungkinan proses pengolahan yang kurang bersih, namun hingga kini penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung oleh pihak berwenang.

Baca Juga:  Kades Bolora Siap Wujudkan Desa Terang dan Berair 100 Persen di 2025

Kejadian tersebut menyita perhatian publik, terutama para aktivis dan pemerhati pendidikan.

Salah satunya adalah Serlin Dappa Tadi, aktivis perempuan dari GMNI Sumba Barat, yang secara terbuka menyampaikan keprihatinannya terhadap peristiwa ini.

Dalam pernyataannya, Wanita yang biasa disapa sarinah serlin itu, mengajak para ibu untuk lebih bijak dan aktif dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya, dimulai dari rumah.

“Kalau bisa agar para ibu-ibu mempunyai inisiatif untuk membuat bekal untuk anak-anak, agar sesampainya di sekolah Dia /Mereka tidak merasa malu saat lihat teman-teman mereka yang sarapan di saat jam istirahat,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak memandang rendah bekal buatan sendiri. Menurutnya, bekal dari hasil kerja tangan sendiri jauh lebih aman apalagi dibuat dengan cinta

Baca Juga:  Danramil Loli Dampingi Bupati dan Wakil Bupati Sumba Barat dalam Kunjungan Kerja di Tanarighu

“Jangan pernah malu untuk membawa bekal apa saja di sekolah karena dari hasil keringat dan hasil kerja tangan sendiri itu lebih nikmat.”

Serlin bahkan memberikan contoh bagaimana bekal sederhana bisa tetap bergizi dan menarik.

“Kalau merasa malu bawa ubi bakar, kita sendiri harus punya inisiatif. Kalau bisa, rebus ubinya lalu digoreng, terus rebus telur satu biji, buah-buahan ditaruh di tupperware, dan bikin jus dari alpukat, dari jeruk lemon. Bahan-bahan yang dari hasil kebun banyak yang bergizi, itu dijadikan bekal sendiri saja.”

Ia juga menyampaikan peringatan bahwa tidak semua makanan gratis bisa dijamin bersih dan aman, sehingga peran ibu di rumah sangat penting untuk melindungi anak-anak dari risiko yang tidak diinginkan.

“Jangan tunggu makanan gratis karena itu tidak meyakinkan 100 persen dia betul-betul bergizi dan bersih. Jadi sebagai ibu-ibu harus bisa teliti dan harus bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak harapan bangsa.”

Baca Juga:  Mahasiswa Ilmu Pertanian dan Peternakan Unika Weetebula Didampingi Dosen Buat Pupuk Bokasi

Ia juga menambahkan bahwa pengawasan dan perhatian terhadap makanan anak tidak boleh diserahkan sepenuhnya kepada sekolah atau pemerintah. Justru keterlibatan orang tua, khususnya ibu, menjadi garda terdepan dalam menjaga kualitas gizi anak-anak.

“Membawa bekal ke sekolah bukanlah simbol kemiskinan. Itu adalah bukti cinta, tanggung jawab, dan kehormatan sebagai orang tua. Dari kebun sendiri, dari dapur sendiri, dan dari kasih sendiri, anak-anak akan tumbuh lebih sehat dan kuat” Ujarnya

Sarina Serlin juga mengatakan bahwa ibu yang baik harus lebih dahulu menyiapkan perlindungan dari rumah

“Ibu yang baik bukan yang menunggu bantuan datang, tapi yang lebih dahulu menyiapkan perlindungan dari rumah” Tutupnya.***

Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI.

Editor: Hans Wea

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan