DETIK SUMBA – Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) akhirnya buka suara usai menemukan fakta mencengangkan dalam pelaksanaan Program Pengentasan Pemukiman Kumuh Terpadu (PPKT) di RT 07, Kelurahan Waitabula, Kecamatan Kota Tambolaka.
Ketua Komisi II DPRD SBD, Heribertus Pemu Dadi, S.Sos mengaku pihaknya langsung turun lapangan setelah menerima informasi dari pemberitaan media. Hasil peninjauan membuktikan kebenaran laporan warga terkait keretakan bangunan bantuan.
“Betul apa yang dijumpai sesuai dengan berita awal dari media, bahwa kondisi bangunan sesuai dengan cor yang sudah retak, slop bawah dan juga slop tiang retak bahkan ada yang sudah plester temboknya retak hanya dalam waktu beberapa hari setelah pekerjaan,” jelasnya kepada wartawan saat ditemui diruangan DPRD SBD, Selasa (02/09/2025).
Tak berhenti di situ, tim DPRD juga menguji langsung pasir yang dipasok pihak penyedia. Hasilnya, material yang seharusnya menjadi penopang utama bangunan justru dipenuhi lumpur.
“Kita dalami kemarin apa penyebabnya dan kami langsung tes pasir yang diturunkan oleh suplayer lalu kami isi di ember lalu kami campur dengan air, ternyata delapan puluh persen lumpur,” ungkap Heribertus.
Menurutnya, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab utama rapuhnya bangunan rumah warga.
Di sisi lain, Heribertus menyebut penerima bantuan sebenarnya bersyukur atas perhatian pemerintah pusat, provinsi, dan daerah. Namun, kondisi bangunan yang cepat retak membuat warga ragu melanjutkan pekerjaan.
“Kondisi bangunan tersebut membuat penerima rumah ragu untuk melanjutkan pelaksanaan pekerjaan rumah kumuh tersebut,” tegasnya.
Berdasarkan kondisi itu, warga akhirnya sepakat menghentikan sementara pekerjaan. Keputusan ini diambil tanpa paksaan, bahkan sesuai arahan Dinas Perkim Kabupaten SBD yang sebelumnya juga turun ke lokasi.
“Mereka sepakat sendiri, tanpa arahan kita, apalagi pihak dinas sudah turun dan arahkan untuk hentikan dulu pekerjaannya, supaya ada koordinasi dengan supplier,” tambahnya.
Sebelumnya, warga penerima bantuan telah lebih dulu mengeluhkan kualitas material yang digunakan. Agustinus, salah satu warga, bahkan harus menyaring pasir setiap hari karena tercampur lumpur.
“Pasirnya memang banyak lumpur. Saya paksa saring tiap hari, tapi tetap saja karena kadar lumpurnya tinggi. Akibatnya tiang teras dan dinding rumah saya retak,” ungkapnya beberapa pekan lalu.***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |