WhatsApp     Ikuti Detik Sumba di Saluran WhatsApp Channel   
  Follow

Manusia dan Lingkungan

Gambar Ilustrasi (Pixabay/@mila-del-monte/Detik Sumba)

Oleh: Dominggus Ghoghi, mahasiswa Ilmu Pertanian, Universitas Katolik Weetebula

 

DETIK SUMBA – Setiap hari, manusia hidup berdampingan dengan lingkungan. Kita menghirup udara, minum air, makan dari hasil bumi, dan tinggal di atas tanah. Semua itu berasal dari lingkungan. Karena itu, manusia dan lingkungan tidak bisa dipisahkan. Saat lingkungan rusak atau hilang, hidup manusia juga akan terganggu. Bahkan, bisa menyebabkan stres, rasa tidak aman, dan depresi.

Lingkungan bukan hanya soal pohon dan tanah, tetapi juga soal tempat kita tinggal dan merasa nyaman. Saat lingkungan hancur, manusia kehilangan tempat berpijak. Ini bukan hanya soal kehilangan fisik, tapi juga kehilangan rasa tenang di dalam hati. Maka, kita bisa berkata bahwa manusia tanpa lingkungan akan depresi.

Kalau kita belajar sejarah, kita bisa melihat bahwa sejak zaman dulu manusia hidup sangat dekat dengan alam. Pada masa prasejarah, manusia tinggal di gua, berburu hewan liar, dan mengumpulkan buah-buahan. Mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, tergantung di mana ada makanan dan air.

Alam adalah segalanya bagi manusia waktu itu. Jika alam tidak menyediakan makanan, manusia akan kelaparan. Jika sungai kering, mereka akan kehausan. Itu sebabnya mereka terus berpindah agar bisa bertahan hidup. Alam bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sumber kehidupan. Tanpa alam, manusia tidak bisa hidup.

Baca Juga:  Danantara Seperti Menu Lezat Yang Tersaji Di Meja Makan Dijaga Oleh Tikus Got Atau Kucing Garong

Sekarang, kehidupan manusia sudah sangat berbeda. Kita tinggal di rumah yang nyaman, makan makanan kemasan, dan bisa membeli air bersih dalam botol. Karena semua serba mudah, banyak orang lupa bahwa semua itu tetap berasal dari alam. Tanpa tanah, tidak ada sawah. Tanpa air bersih dari sumber alam, tidak ada air minum. Tapi karena semua disediakan dengan cepat dan instan, hubungan manusia dan lingkungan menjadi semakin jauh.

Banyak orang tidak peduli lagi pada sungai, hutan, atau udara bersih. Mereka berpikir semua bisa dibeli. Padahal, kalau lingkungan rusak, tidak ada teknologi yang bisa menggantikan semuanya. Saat udara kotor, kita bisa sakit. Saat hujan turun tanpa hutan, tanah bisa longsor. Akhirnya, manusia sendiri yang rugi.

Salah satu contoh nyata hubungan manusia dan lingkungan adalah soal tanah. Setiap orang butuh tanah untuk membangun rumah, untuk menanam tanaman, atau untuk mencari nafkah. Tanah adalah tempat berpijak, tempat berteduh, dan tempat kita merasa aman.

Baca Juga:  71 Tahun GMNI: Api Perjuangan yang Tak Pernah Padam di Bumi Marapu

Kalau tidak punya tanah, manusia akan hidup berpindah-pindah. Tidak ada rasa tenang. Hidup seperti itu bisa membuat orang stres, cemas, bahkan merasa rendah diri. Tanah bukan hanya soal harta, tetapi soal martabat hidup. Tanpa tanah, manusia bisa merasa tersingkir dan tidak punya arah.

Saat lingkungan rusak, dampaknya sangat terasa. Kita lihat saja sekarang: banjir di mana-mana, udara kotor, sungai tercemar, dan cuaca yang semakin tidak menentu. Semua itu membuat hidup jadi lebih berat. Petani gagal panen, anak-anak sakit karena udara buruk, orang kehilangan rumah karena tanah longsor.

Kondisi ini tidak hanya membuat kita kesulitan secara fisik, tapi juga membuat hati gelisah. Banyak orang merasa cemas, bingung, bahkan marah. Hidup terasa tidak menentu. Dalam jangka panjang, tekanan seperti ini bisa membuat manusia merasa tertekan dan depresi.

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, manusia sebenarnya sangat membutuhkan kembali kedekatan dengan alam. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berjalan di hutan, duduk di tepi pantai, atau mendengarkan suara air bisa menenangkan hati. Alam bisa menjadi tempat istirahat bagi jiwa yang lelah.

Baca Juga:  Kodim 1613/Sumba Barat Gelar Patroli Ciptakan Kondisi Aman Menjelang Pilkada 2024

Karena itu, menjaga lingkungan bukan hanya soal melestarikan pohon atau mencegah banjir. Tapi juga soal menjaga kesehatan jiwa manusia. Lingkungan yang hijau dan bersih bisa membuat hati kita lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan hidup lebih bahagia.

Lingkungan bukan musuh atau benda mati. Lingkungan adalah teman hidup manusia. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh tanah untuk tinggal, air untuk minum, udara untuk bernapas, dan alam untuk beristirahat.

Kalau lingkungan rusak, manusia akan menderita. Bukan hanya fisik, tapi juga batin. Maka, marilah kita jaga lingkungan, mulai dari hal kecil: menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, dan mengajarkan anak-anak kita untuk mencintai alam.

Karena tanpa lingkungan, manusia kehilangan tempat pulang. Dan manusia yang kehilangan tempat pulang, akan mudah merasa sedih, cemas, dan kehilangan arah. Sebab itulah, manusia tanpa lingkungan akan depresi.***

 

 

 

 

Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan