Paus juga menekankan pentingnya berinteraksi secara langsung dengan orang-orang miskin. Ia sering mengajukan pertanyaan kepada mereka yang melakukan pengakuan dosa, mengenai apakah mereka pernah menyentuh tangan orang yang meminta sedekah. Menurut Paus, aksi nyata ini menciptakan jaringan kasih yang lebih luas.
“Ketika mendengarkan pengakuan (dosa), saya biasanya bertanya apakah pernah memberi sedekah pada orang miskin. Itu pertanyaan pertama. Pertanyaan kedua, apakah pernah menyentuh tangan orang yang meminta. Kita tidak hanya memberi tapi bersentuhan langsung dengan orang miskin. Itulah yang dikatakan sebagai mengembangkan jaringan kasih,” kata Paus.
Paus Fransiskus juga menyinggung mereka yang merasa takut untuk menunjukkan bela rasa karena dianggap sebagai kelemahan.
Sebaliknya, menurutnya, banyak yang lebih memilih untuk bersikap licik, mementingkan diri sendiri, dan menjaga jarak sebagai tanda kekuatan. Ia mengkritik pandangan ini, menekankan bahwa sikap semacam itu adalah kesalahan dalam memahami realitas.
“Di Argentina, tepatnya di Buenos Aires, ada orang kaya yang maunya selalu menerima dan mengeruk kekayaan dari orang lain. Ini orang yang malang karena dia begitu ingin mendapatkan dari yang lain tapi tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri. Setan memang selalu ada di dalam saku kita. Apakah Anda percaya?” tanya Paus disambut tawa dari seluruh hadirin.
Pesan Paus Fransiskus ini menggugah dan menginspirasi banyak orang untuk merenungkan makna sejati dari sikap bela rasa dan persaudaraan, serta untuk melibatkan diri lebih dalam membantu sesama dengan hati yang penuh kasih.***