NewsOlahraga

Prestasi Nol, Nepotisme Merajalela: “Kota Komba Utara Jadi Olok-olokan di Bupati Cup 2025” !!!

×

Prestasi Nol, Nepotisme Merajalela: “Kota Komba Utara Jadi Olok-olokan di Bupati Cup 2025” !!!

Sebarkan artikel ini
Prestasi Nol, Nepotisme Merajalela: "Kota Komba Utara Jadi Olok-olokan di Bupati Cup 2025" !!!(Detiksumba/Inong)

DETIK SUMBA– Harapan besar masyarakat Kecamatan Kota Komba Utara untuk menyaksikan tim kebanggaan mereka bersinar di Bupati Cup 2025 berujung pada kekecewaan mendalam. Dalam tempo singkat, tim Kota Komba Utara dipermalukan dua kali berturut-turut dengan skor identik 4–1, masing-masing oleh Kecamatan Lamba Leda Utara dan Lamba Leda Selatan.

Dua kekalahan memalukan ini bukan sekadar angka di papan skor, tetapi bukti nyata bahwa manajemen sepak bola di tingkat kecamatan sedang runtuh. Publik menilai kegagalan ini lahir dari nepotisme, salah urus, dan minimnya pembinaan.

“Dua kali kalah dengan skor 4–1 itu bukan kebetulan. Ini bukti bahwa kita gagal membangun tim. Kalau terus begini, Kota Komba Utara hanya akan jadi bahan tertawaan,” tegas Romanus, tokoh muda pecinta sepak bola, Kamis (25/6/2025).

Tradisi Besar, Prestasi Nihil

Kota Komba Utara selama ini dikenal sebagai salah satu barometer sepak bola Manggarai Timur. Hampir setiap tahun, turnamen besar digelar di Ketang dan Mukun, disertai atmosfer meriah dan dukungan penonton yang luar biasa.

Baca Juga:  Polres Sumba Barat Gelar Latihan Beladiri dan Kebugaran Fisik

Namun ironis, euforia tersebut tidak pernah melahirkan prestasi nyata.Turnamen hanya berakhir sebagai pesta seremonial, bukan ajang pembinaan pemain.

“Lapangan selalu ramai, penonton selalu antusias. Tapi hasilnya? Nol besar. Ini tanda ada yang salah, karena tradisi kuat tidak diiringi sistem pembinaan yang jelas,” kata Andre, warga Kota Komba Utara.

Seleksi Pemain Sarat Nepotisme

Kritik paling keras diarahkan kepada Camat Kota Komba Utara dan jajaran pengurus tim. Proses seleksi pemain dinilai jauh dari kata objektif. Pemain yang dipilih hanyalah mereka yang memiliki kedekatan dengan pengurus, khususnya dari sekitaran Mukun.

“Kalau pola rekrutmen masih nepotis seperti ini, jangan harap ada prestasi. Banyak pemain berbakat dari desa-desa lain yang tidak diberi kesempatan. Hasilnya bisa dilihat: dua kali kalah 4–1. Camat tidak bisa lagi sembunyi di balik alasan klasik soal dana,” ujar Andre dengan nada geram.

Sejumlah sumber internal menguatkan dugaan ini. Desa-desa lain mengaku sejak awal merasa dikesampingkan. Bahkan, pelatih desa tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan tim. Akibatnya, kesan yang muncul: tim dibentuk hanya untuk formalitas, bukan untuk menang.

Baca Juga:  Warga Padang Resah: Proyek Drainase Dipindah Sepihak, Dana dan Transparansi Jadi Tanda Tanya

Jurang Seremonial dan Prestasi

Dua kekalahan telak itu menyingkap jurang besar antara semarak turnamen dan prestasi nyata.

“Manajemen lebih sibuk mengatur kursi dan kedekatan, daripada serius membina pemain. Tidak heran kalau prestasi tidak pernah datang,” ungkap seorang pelatih lokal yang enggan disebut namanya.

Padahal, talenta muda Kota Komba Utara sejatinya berlimpah dan berpotensi bersaing di level kabupaten bahkan provinsi. Namun tanpa sistem pembinaan yang sehat, potensi itu akan terkubur sia-sia.

Publik Tuntut Evaluasi Total

Kekecewaan publik kini kian meluas. Gelombang desakan muncul agar Camat dan pengurus melakukan evaluasi menyeluruh.

“Tidak cukup hanya minta maaf. Camat dan pengurus harus berani membuka seleksi transparan dan merata untuk semua desa. Jika tidak, Kota Komba Utara akan terus dikenal sebagai kecamatan yang jago bikin turnamen, tapi payah dalam prestasi,” kecam Jhosef, pemerhati olahraga lokal.

Baca Juga:  GMNI Ngada Kutuk Brutalitas Aparat: "Tewasnya Pengemudi Ojol Adalah Luka Kolektif Bangsa"

Masyarakat juga menuntut adanya program pembinaan jangka panjang yang melibatkan pelatih desa. Harapannya, sepak bola Kota Komba Utara bisa kembali bangkit dan merebut kehormatan yang hilang.

Tantangan ke Depan

Dua kali kalah dengan skor memalukan 4–1 adalah alarm keras. Jika tidak segera dibenahi, yang hancur bukan hanya prestasi, tetapi juga kepercayaan publik terhadap kepemimpinan Camat dan pengurus sepak bola kecamatan.

“Sepak bola itu soal harga diri. Ketika tim kalah dengan cara memalukan, yang terluka bukan hanya pemain, tapi seluruh warga Kota Komba Utara,” tutup Jhosef.

Kini bola ada di tangan Camat dan jajarannya. Publik menunggu tindakan nyata: apakah berani membuka seleksi transparan, atau terus bersembunyi di balik alasan klasik yang hanya menambah luka?.

Hingga berita ini dipublikasikan, Camat kota Komba Utara dan kepengurusan belum memberikan klarifikasi resmi.***

Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *