Rohani

KASIH MELAMPAUI BATAS

×

KASIH MELAMPAUI BATAS

Sebarkan artikel ini
Kasih,Melampaui, Batas, Pelayanan, Perumpamaan, Orang Samaria
Kasih Melampaui Batas. Pater Mikael M. Keraf. CSsR. (Detik Sumba/Dok. Ilustrasi)

DETIK SUMBA – Mari kita menyimak makna teologi sosial, afirmasi moral, dan spiritualitas pelayanan melampaui batas dalam perumpamaan “Orang Samaria yang Baik Hati” (Lukas 10:25-37) salah satu teks Injil yang paling kuat tentang kasih yang melampaui sekat sosial, agama, dan identitas.

Komentar Umum

1. Makna Teologi Sosial

Perumpamaan ini mengandung teologi sosial yang berakar pada kasih sebagai inti dari hukum Allah:

“Kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Luk 10:27)

  • Kasih yang inkarnatif: Kasih tidak berhenti pada ide atau doktrin, melainkan menjadi tindakan nyata yang menyembuhkan luka sosial. Orang Samaria tidak hanya “tergerak oleh belas kasihan,” tetapi juga mendekat, membalut luka, mengangkat, dan menanggung biaya  simbol kasih yang berdaya mengubah struktur sosial ketidakpedulian.
  • Teologi kehadiran Allah di tengah penderitaan: Allah hadir dalam diri korban yang tergeletak di pinggir jalan  yang mewakili mereka yang disingkirkan oleh sistem sosial, agama, politik dan ekonomi.
  • Dimensi keadilan sosial: Yesus menantang sistem keagamaan yang menutup mata atas penderitaan sesama. Kasih sejati berarti solidaritas aktif bukan sekadar belas kasihan pasif.

 2. Afirmasi Moral

Perumpamaan ini menegaskan panggilan moral universal bahwa kebaikan sejati tidak bergantung pada identitas, melainkan pada tindakan kasih:

  • Moral lintas batas: Orang Samaria dianggap “musuh” oleh orang Yahudi, namun justru dialah yang menjadi teladan moral. Ini adalah pembalikan moral radikal: kebaikan bisa datang dari siapa saja, bahkan dari yang dianggap “tidak layak.”
  • Etika tanggung jawab: Kasih bukanlah reaksi sentimental, tetapi keputusan moral untuk terlibat dan bertanggung jawab atas penderitaan orang lain.
  • Moralitas partisipatif: Yesus menutup perumpamaan dengan perintah aktif:

“Pergilah, dan perbuatlah demikian.”

Baca Juga:  Umat Stasi St. Gerardus Mayella Pogo Parii - Merayakan Minggu Paskah Kedua: “Merenungkan Belas Kasih Ilahi dan Iman yang Bertumbuh

Ini adalah panggilan bagi setiap murid untuk menjadikan kasih sebagai dasar moralitas publik.

 3. Spiritualitas Pelayanan Melampaui Batas

Spiritualitas dalam kisah ini bukan sekadar doa atau ibadah, tetapi cara hidup yang menyatukan kasih kepada Allah dan sesama secara konkret.

  • Spiritualitas belas kasih (compassion): “Tergeraklah hatinya oleh belas kasihan”  adalah inti dari pengalaman rohani yang sejati. Hati yang digerakkan oleh Roh Allah selalu menuju pada tindakan yang menyembuhkan.
  • Pelayanan melampaui batas identitas: Orang Samaria melampaui batas agama, etnis, dan budaya demi menolong orang lain. Ini adalah spiritualitas inklusif dan lintas batas  spiritualitas Kerajaan Allah yang universal.
  • Spiritualitas perjumpaan: Pelayanan sejati dimulai dari mendekat  tidak menjauh dari luka dunia, tetapi hadir di tengahnya.
  • Spiritualitas penderitaan dan harapan: Menyembuhkan luka orang lain berarti ikut menanggung beban mereka  dan di situlah kasih Allah menjadi nyata.

Kesimpulan

Perumpamaan “Orang Samaria yang Baik Hati” menghadirkan visi teologi sosial yang profetis:

Kasih kepada Allah diwujudkan dalam solidaritas kepada sesama,

moralitas sejati teruji dalam tindakan, dan spiritualitas yang otentik selalu menyeberangi batas demi memulihkan martabat manusia.

Dengan kata lain, pelayanan yang melampaui batas adalah tanda nyata kehadiran Allah di dunia  kasih yang mengalir tanpa syarat, tanpa sekat, dan tanpa henti.

Refleksi Kontekstual di Indonesia Masa Kini

1. Teologi Sosial: Kasih yang Menembus Sekat Sosial dan Agama

Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk dengan keragaman suku, agama, budaya, dan status ekonomi kisah Orang Samaria menjadi panggilan untuk menghidupi teologi kasih yang membebaskan dan menyatukan.

  • Kasih melampaui identitas kelompok: Sama seperti orang Samaria menolong orang Yahudi, umat beriman di Indonesia dipanggil untuk melampaui batas agama dan kelompok sosial. Kasih sejati tidak menanyakan “apa agamamu,” tetapi “apa yang bisa kulakukan untukmu.”
  • Allah berpihak pada yang terluka: Korban yang tergeletak di jalan adalah simbol mereka yang hari ini disingkirkan  kaum miskin kota, kaum tersingkir di desa, korban intoleransi, anak jalanan, buruh migran, masyarakat adat, anak dan perempuan korban kekerasan, dan para pengungsi.
  • Tindakan kasih sebagai transformasi sosial: Gereja, komunitas iman, dan setiap pribadi beriman dipanggil untuk hadir dan terlibat dalam luka masyarakat melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pendampingan ekonomi, advokasi keadilan, dan perlindungan lingkungan.
Baca Juga:  Paroki St. Dominikus Deguzman Karuni Meriahkan Perayaan Pentakosta: Roh Kudus, Sumber Kehidupan dan Perlindungan Umat

“Allah tidak hadir hanya di altar, tetapi juga di jalan-jalan di mana manusia terluka.”

Altar dan mimbar dalam konteks ini ada pada realitas penderitaan riil di hadapan pengadilan yang korup dan intimidatif, BAP di kepolisian yang disuap, penjara yang penuh momok dan menakutkan, jaringan bisnis narkoba, tempat-tempat penampungan kumuh bagi para pekerja, dll.

 2. Afirmasi Moral: Kebaikan Tanpa Label

Dalam dunia yang kerap memecah belah manusia dengan label “kami” dan “mereka,” “umat ini” dan “umat itu”  Yesus menegaskan moralitas yang berakar pada kasih universal.

  • Kebaikan tidak eksklusif: Orang Samaria yang dianggap “tidak murni” justru menjadi teladan moral. Ini menantang setiap bentuk kemunafikan moral yang menilai orang dari agama, status, atau penampilan luar.

Etika tanggung jawab sosial: Afirmasi moral dari Injil ini menolak sikap masa bodoh terhadap penderitaan. Di tengah korupsi, ketidakadilan, dan ketimpangan, moralitas Kristen berarti berani berdiri di pihak yang lemah.

Keadilan dan belas kasih berjalan bersama: Tindakan moral bukan hanya menolong sesaat, tetapi memperjuangkan sistem yang adil agar tidak ada lagi orang yang “tergeletak di pinggir jalan.”

Baca Juga:  BRI Peduli Kucurkan Rp200 Juta untuk Renovasi Gereja Stasi St. Kornelius Ngundu Ngamba

“Pergilah dan perbuatlah demikian”  adalah mandat etis untuk setiap warga bangsa agar tidak menunggu yang lain bertindak lebih dulu.

 3. Spiritualitas Pelayanan Melampaui Batas: 

Menghadirkan Allah di Tengah Luka Bangsa Spiritualitas pelayanan dalam kisah ini mengajak kita mewujudkan iman yang hidup dan aktif di tengah realitas bangsa yang terluka oleh ketimpangan sosial, konflik-konflik, dan krisis ekologis.

  • Spiritualitas belas kasih (compassionate spirituality): Hati yang digerakkan oleh belas kasih adalah tanda kehadiran Allah. Dalam konteks Indonesia, ini berarti ikut menanggung beban masyarakat kecil dan menjadi sahabat bagi yang menderita.
  • Spiritualitas lintas iman: Seperti Samaria menolong Yahudi, umat beragama di Indonesia dipanggil untuk berjumpa dalam kasih  menjadikan kemanusiaan sebagai titik temu spiritualitas lintas iman.
  • Spiritualitas ekologis: Jalan antara Yerusalem dan Yerikho bisa dibaca sebagai jalan dunia yang terluka. Maka pelayanan melampaui batas juga berarti merawat bumi, air, dan udara karena di sanalah sesama dan kehidupan berdiam.

Spiritualitas kenosis (pengosongan diri): Menolong berarti rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kenyamanan diri. Inilah tanda kasih yang sejati  kasih yang mengosongkan diri demi kehidupan orang lain.

Penutup Reflektif

Perumpamaan ini meneguhkan bahwa iman tanpa kasih adalah kosong, kasih tanpa tindakan adalah semu, dan pelayanan tanpa belas kasih adalah kering.

Dalam setiap orang yang “tergeletak di pinggir jalan” entah di desa miskin, di panti, di jalan kota, atau di alam yang rusak Allah sendiri hadir menunggu jawaban kasih kita.

Maka, spiritualitas pelayanan melampaui batas berarti:

Menjadi tanda kasih Allah yang nyata, dalam perjumpaan, keadilan, dan solidaritas yang menyembuhkan dunia.

Tuhan berkati selalu!

mikekerafcssr

Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *