Festival Budaya SBD 2025: Megah di Panggung, Sepi di Lapak! UMKM Sepi Pembeli

DETIK SUMBA – Setelah bertahun-tahun terhenti akibat pandemi, Festival Budaya Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya kembali digelar dengan penuh semangat dan kemeriahan.
Festival yang berlangsung di Lapangan Galatama, Kecamatan Kota Tambolaka, selama dua hari ini menjadi ajang spektakuler yang menampilkan kekayaan budaya Sumba.
Namun, di balik meriahnya acara, realitas di lapangan tidak sepenuhnya manis. Cuaca buruk pada hari kedua menyebabkan festival berjalan tersendat, bahkan berdampak langsung pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sejak hari pertama, festival disambut dengan antusiasme tinggi dari masyarakat. Namun, euforia itu mulai goyah saat hujan deras mengguyur area festival pada hari kedua.
Akibatnya, banyak pengunjung enggan berlama-lama di lokasi, dan ini berimbas langsung pada para pelaku UMKM yang berharap meraup keuntungan dari acara tersebut.
Salah satu pelaku UMKM, Mersi Bili, mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat kondisi cuaca yang tak bersahabat.
“Puas harusnya karena tidak ada customer yang datang mungkin karena hujan terus telat juga. Jadi antara puas dan tidak puas,” ujarnya kepada Detik Sumba.
Ia menambahkan bahwa banyak pengunjung yang tidak sempat mendatangi stan-stan UMKM yang telah disiapkan.
Mersi menjelaskan bahwa produk yang dijual di festival ini adalah hasil kerajinan tangan lokal.
“Kami menjual apa yang menjadi hasil kerajinan tangan kami sendiri. Ini kain asli Sumba Barat Daya, terus dibuat jadi bandul, bandana, tas, dan dompet juga,” katanya.
Ketika ditanya tentang beberapa perhiasan seperti anting dan rantai, ia mengungkapkan bahwa produk tersebut merupakan hasil karya ibu pendeta pemilik UMKM Galiano Koleksi di Wee Rame.
“Kalau anting ini asli dari muti Sumba. Ini ibu pendeta punya,” jelasnya.
Menurutnya, semua bahan yang digunakan dalam produknya berasal dari material lokal yang kemudian dikreasikan agar memiliki sentuhan modern dan bisa bersaing di pasaran.
Perempuan asal Wee Rame ini juga menyampaikan bahwa produk-produk hasil karyanya dititipkan di UMKM Galiano, yang berlokasi di Desa Wee Rame, Kecamatan Wewewa Tengah, SBD.
Lebih jauh, ia berharap agar hasil kerajinan mereka bisa mendapatkan dukungan lebih luas dari pemerintah dan masyarakat, tidak hanya dalam event tahunan seperti festival budaya, tetapi juga sebagai bagian dari promosi wisata jangka panjang untuk Sumba Barat Daya.
“Kami berharap hasil karya kami bisa dipromosikan lebih luas dan menjadi salah satu aset dalam pengembangan wisata Sumba Barat Daya,” harapnya.***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |