Detiksumba.com – Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ngada, Bonevantura Goan atau yang akrab disapa Bung Vano, menyampaikan keprihatinan mendalam terkait insiden tragis yang menimpa seorang pengemudi ojek online (ojol). Korban dilaporkan meninggal dunia setelah terlindas mobil aparat dalam sebuah peristiwa yang kini menuai kecaman publik.
Menurut GMNI Ngada, kejadian ini mencerminkan wajah kelam relasi negara dan rakyat kecil. “Hari ini masyarakat Indonesia dipaksa menyaksikan kenyataan pahit. Seorang pejuang nafkah keluarga harus meregang nyawa akibat brutalitas aparat yang seharusnya melindungi. Nyawa manusia diperlakukan murah, seolah seragam dan senjata memberi kuasa untuk merampas kehidupan rakyat,” tegas Bung Vano dalam pernyataannya, Jumat (29/8/2025).
Lebih lanjut, GMNI menilai kasus ini bukan semata tindakan oknum, melainkan bagian dari budaya kekerasan aparat yang dibiarkan berlangsung. “Tragedi ini adalah wajah lama yang terus berulang: wajah arogansi, wajah kekerasan, wajah negara yang gagal melindungi rakyatnya,” ujarnya.
Kritik Keras: Hukum Tumpul ke Atas, Tajam ke Bawah
GMNI Ngada menegaskan bahwa kematian pengemudi ojol tersebut merupakan alarm keras atas rapuhnya penegakan hukum di Indonesia. Aparat dinilai bisa bertindak sewenang-wenang tanpa takut dijerat hukum, sementara rakyat kecil justru menjadi korban. “Negara lebih sibuk melindungi citra institusi daripada menjaga martabat rakyatnya,” tambah Bung Vano.
Empat Tuntutan GMNI Ngada
Sebagai organisasi perjuangan yang berpihak pada rakyat kecil, GMNI Cabang Ngada menyatakan tidak akan tinggal diam. Dalam pernyataan sikapnya, mereka menegaskan empat tuntutan utama:
1. Mengutuk keras segala bentuk kekerasan aparat yang melampaui batas dan menghilangkan nyawa rakyat.
2. Menuntut proses hukum yang transparan, independen, dan tanpa pandang bulu terhadap aparat yang terlibat. “Tidak boleh ada tameng seragam, tidak boleh ada alasan ‘oknum’,” tegas GMNI.
3. Mendesak evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan disiplin aparat, agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
4. Menuntut pencopotan Kapolri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan politik atas gagalnya kepemimpinan dalam menghentikan brutalitas aparat.
GMNI menegaskan, hukum tidak boleh tunduk pada aparat, melainkan harus berpihak kepada rakyat. “Tewasnya seorang pengemudi ojol bukan hanya tragedi bagi keluarganya, melainkan luka kolektif bagi bangsa ini,” tutup Bung Vano.***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |