Rohani  

Umat Stasi St. Gerardus Mayella Pogo Parii – Merayakan Minggu Paskah Kedua: “Merenungkan Belas Kasih Ilahi dan Iman yang Bertumbuh

Umat, Stasi, St. Gerardus Mayella Pogo Parii ,Merayakan, Minggu ,Paskah, Keuskupan, Weetebula
Umat Stasi St. Gerardus Mayella Pogo Parii - Merayakan Minggu Paskah Kedua: “Merenungkan Belas Kasih Ilahi dan Iman yang Bertumbuh. (Detik Sumba/Alexsandra Umbu Dapa)

DETIK SUMBA – Umat Katolik di Stasi St. Gerardus Mayella, Pogo Parii, bersama seluruh umat Keuskupan Weetebula, merayakan Minggu Paskah Kedua pada Minggu, 27 April 2025.

Perayaan yang juga dikenal sebagai Minggu Kerahiman Ilahi ini menjadi momen reflektif untuk merenungkan makna kebangkitan Kristus dan kasih Allah yang tak terbatas.

Dalam suasana ibadah yang penuh hikmat itu, Ibadah Sabda tersebut dipimpin oleh Pembina Umat, Sergius Enri Bili, S.Pd.

Dalam homilinya, ia menekankan bahwa perayaan ini bukan sekadar lanjutan dari sukacita Paskah, tetapi juga undangan untuk mendalami makna belas kasih Allah yang dinyatakan melalui kebangkitan Kristus.

Baca Juga:  Suasana Meriah di Malam Keakraban Perhimpunan Mahasiswa PAUD, UNIKA Weetebula

“Melalui sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, dan kemudian kebangkitan-Nya yang mulia, Yesus Kristus telah membuka pintu rahmat dan pengampunan bagi kita semua,” ujar Sergius Enri Bili.

“Minggu Kerahiman Ilahi ini adalah undangan bagi kita untuk menerima belas kasih itu dengan hati terbuka dan untuk menjadi saluran belas kasih itu bagi sesama.” Tambahnya

Bacaan Injil dari Yohanes 20:19-31 menjadi pusat permenungan dalam liturgi kali ini, menyoroti kisah penampakan Yesus kepada para murid serta pengalaman Tomas yang ragu dan akhirnya percaya. Kisah tersebut menjadi cermin bagi banyak orang dalam perjalanan imannya.

Baca Juga:  Suasana Meriah di Malam Keakraban Perhimpunan Mahasiswa PAUD, UNIKA Weetebula

“Kisah Tomas mengajarkan kita bahwa iman adalah sebuah perjalanan,” lanjut Sergius. “Terkadang kita mungkin mengalami keraguan, tetapi seperti Tomas, kita dipanggil untuk datang kepada Yesus, menyentuh luka-luka-Nya, dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan Allah kita. Iman yang sejati tumbuh melalui perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit.”