DETIK SUMBA – Kepala Puskesmas Kisol, Heribertus Paul, akhirnya angkat suara soal kasus dua orang tak dikenal yang sempat bikin gaduh karena masuk ke ruang istirahat bidan demi mencari akses WiFi. Namun klarifikasi yang disampaikan justru memunculkan banyak pertanyaan baru.
Heribertus mengeklaim masalah itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
“Selamat sore semua. Terikait pemberitaan diatas, saya ingin menyampaikan bahwa persoalan itu sudah kami selasaikan di puskesmas kami dengan cara kekeluargaan karena ada itikad baik dari yang bersangkutan untuk minta maaf kepada petugas puskesmas. Saya luruskan kembali, yang bermasalah itu 2 org bukan tiga orang. Dan tanpa kehadiran polisi di lokasi, karena yang bersangkutan tidak mangkir dari panggilan pihak puskesmas. Karena kita menemukan titik soalnya maka ditemukan jalan Damai tentu saja dengan berupa pernyataan sikap yang di tuangkan dalam sebuah pernyataan bermaterai oleh yang bersangkutan, sebagai jaminan untuk pihak puskesmas bila mana itu terjadi lagi”(13/10/2025) Ungkap kepala puskesmas Kisol Heribertus Paul
Namun pernyataannya soal pelarangan informasi langsung terbantahkan oleh fakta lapangan.
Saat wartawan Detiksumba.com menanyakan mengapa dirinya melarang petugas memberitahukan persoalan ini ke masyarakat maupun media, Heribertus tidak menjawab sama sekali.
Petugas Bocorkan Fakta “Senyap Informasi”
Sikap diam sang kapus justru dipatahkan oleh pengakuan salah satu petugas puskesmas yang mengetahui rapat internal terkait kasus tersebut.
Informasi yang diperoleh media ini dari salah satu petugas puskesmas Kisol menguak praktik “senyap informasi” yang diduga diarahkan langsung oleh pimpinan.
“Kepala Puskesmas Kisol dan beberapa teman-teman sempat panggil kami untuk rapat/pertemuan internal. Katanya, usahakan masalah ini jangan sampai orang luar tahu, apalagi kalau wartawan sampai dapat informasi,” ungkap salah satu petugas, 12 Oktober 2025.
Lebih lanjut, petugas itu membeberkan alasan sang kepala puskesmas:
“Kalau wartawan tahu dan publikasikan, reputasi puskesmas bisa sangat buruk,” ucapnya datar.
Pernyataan ini memunculkan dugaan kuat bahwa ada upaya penggembosan informasi publik dan pembungkaman staf, bukan sekadar mekanisme koordinasi internal.
Ditanya Wartawan, Kapus Menghindar
Saat wartawan kembali mendesak klarifikasi:
“Apa alasan bapak melarang pegawai menyampaikan persoalan ini kepada masyarakat dan wartawan?”
Tak ada respons. Diam. Menguap. Senyap.
Sampai berita ini diterbitkan, Heribertus belum memberikan klarifikasi resmi dan terukur, padahal ia sudah dikonfirmasi langsung.
Warga Mulai Gerah: “Kapus Berbelit-Belit!”
Seorang warga Tanah Rata yang enggan disebutkan namanya menilai kepala puskesmas terkesan tidak transparan dan menghindar.
“Kepala puskesmas Kisol ini terlalu berbelit-belit menjawabnya,” tegasnya (13/10/2025).
Publik Menunggu Langkah Tegas
Kasus ini kini tak lagi soal dua orang tamu tak dikenal. Sorotan publik justru mengarah pada kepemimpinan dan budaya tutup mulut di tubuh Puskesmas Kisol.
Ada dugaan pembungkaman informasi publik, Petugas ditekan agar diam, Media dihalangi agar tidak memberitakan, Klarifikasi dari pimpinan tidak tuntas dan penuh penghindaran
Jika benar ada perintah menutup akses informasi, maka ini bukan sekadar pelanggaran etik, tetapi tamparan terhadap hak publik atas keterbukaan layanan kesehatan.
Publik kini menunggu Penjelasan resmi, Transparansi dan Evaluasi serius dari dinas kesehatan.
Sebab, diamnya pimpinan justru makin menguatkan dugaan praktik “tutup kasus, jaga nama”.***
Ikuti Berita Terbaru Kami di Detik Sumba dengan KLIK DI SINI. |